Senin, 25 Januari 2016

PSIKOLOGI KESEHATAN "about life style"


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Istilah gaya hidup merupakan salah satu istilah yang populer pada zaman sekarang. Symbol-simbol moderenisme bisa teridentifikasi lewat persoalan gaya hidup. Menurut Susanto (2003), gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Selain itu, Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan
Mencegah sakit adalah lebih mudah dan murah daripada mengobati seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah dengan bergaya hidup sehat.
Psikologi gaya hidup merupakan hal-hal yang membicarakan konsekuensi dan interaksi dari factor-faktor perilaku gaya hidup yang meliputi : makan, minum alkohol, merokok, penggunaan obat-obat terlarang, aktivitas fisik dan praktik seksual.

 B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1.      Apakah definisi gaya hidup?
2.      Bagaimanakah model gaya hidup?
3.      Apa sajakah perilaku gaya hidup sehari-hari,
4.      Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup?
5.      Apa sajakah penyakit akibat gaya hidup?

C.    Tujuan
1.      Untuk Mengetahui definisi gaya hidup.
2.      Untuk mengetahui model gaya hidup.
3.      Untuk Mengetahui perilaku gaya hidup sehari-hari.
4.      Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup.
5.      Untuk mengetahui penyakit akibat gaya hidup.

 
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi  Gaya Hidup
Pada awal tahun 1980-an Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui munculnya konsep gaya hidup dan mengemukakan definisi sebagai berikut:
“Lifestyles are patterns of (behavioural) choices from the alternatives  that are available to people according to their socio-economic circumstances and the ease with which they are able to choose certain ones over others. (WHO 1986: 118)”.
Definisi awal 'gaya hidup' mengakui unsur kontekstual pilihan dan bagaimana pilihan dapat dibatasi oleh faktor-faktor di luar kendali dari individu tetapi tidak menentukan perilaku, yang dianggap sebagai kunci dalam hal menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Memang WHO menyatakan: 'ini adalah salah satu tanggung jawab WHO untuk memastikan gaya hidup.
Psikologi gaya hidup, dapat diartikan sebagai akibat dan interaksi dari perilaku gaya hidup, termasuk pola makan, minum alkohol, merokok, memakai narkoba, aktivitas fisik dan berhubungan seksual. Gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial-ekonomi yang disandangnya.
Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisikfisik, mental dan social berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami. Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang dapat menurunkan system kekebalan tubuh sehingga penyakit mudah menyerang.

B.     Perilaku Gaya Hidup Sehari-Hari (Lifestyle daily Behaviour)
Perilaku gaya hidup sehari-hari adalah Gaya hidup  yang dilakukan dan dibatasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kehidupan sehari-hari sebagian besar orang melibatkan empat aspek: tidur, bepergian, bekerja dan merawat anak-anak, dan rekreasi (Buckworth dan Dishman 2002).
1.      Tidur
Tidur adalah satu-satunya aspek kehidupan sehari-hari seseorang ketika tidak ada pilihan gaya hidup yang lain selain tidur itu sendiri. Namun, kapan, dimana dan seberapa baik orang itu tidur akan mempengaruhi pilihan gaya hidup yang mereka perbuat dan pada akhirnya akan mempengaruhi gaya hidupnya
 
2.      Bepergian
Ketika kita melakukan perjalanan atau bepergian, maka kita akan melakukan aktivitas fisik, makan dan tentunya merokok di tempat-tempat umum. Beberapa orang yang bepergian atau yang melakukan perjalanan biasanya menggunakan alat transportasi, tapi ada juga sebagian orang sering lainnya yang berjalan kaki untuk pergi ke tempat bekerja, sekolah atau perguruan tinggi.
3.      Bekerja, merawat anak-anak dan tanggung jawab lainnya
Bekerja dan merawat anak-anak, anggota keluarga yang cacat atau orang tua yang berusia tua adalah pekerjaan utama bagi kebanyakan orang dan sebagian besar pekerjaan ini tetap dilakukan. Di tempat kerja kebanyakan orang akan makan setidaknya satu kali makan dan kualitas makanan yang tersedia, dapat mempengaruhi  tubuh manusia itu.  Makanan  sehat maupun tidak sehat  tentu akan memiliki dampak terhadap status gizinya.
4.      Kegiatan rekreasi
Pola aktivitas rekreasi telah berubah secara dramatis dengan timbulnya televisi dan kemudian video, DVD, komputer dan permainan komputer. Keterkaitan  antara waktu yang dihabiskan dalam kegiatan menetap tersebut dan tingkat obesitas dan kurangnya waktu yang dihabiskan dalam kegiatan aktifitas fisik dan  subyek banyak memperoleh perhatian adalah anak-anak.

C.    Model Gaya Hidup (Lifestyle Models) dan Faktor yang mempengaruhi gaya hidup
Model lingkungan dan gaya hidup dari penyakit sangat berbeda dari model medis dan genetik karena penjelasan model lingkungan dan gaya hidup  untuk penyakit yang berbasis di sosial, bukan proses biologi. teori lingkungan fokus pada faktor-faktor penyakit seperti bahan makanan orang miskin, lingkungan individu, radiasi matahari, polusi, obat-obatan, bahan kimia, perumahan yang tidak tidak layak, sanitasi,  kepadatan penduduk dan lingkungan biologi (Chavarria 1989; Hume -Hall 1990; Foster 1995; semua dikutip dalam Hansen dan Easthope 2007)
Model Lifestyle menekankan peran pilihan individu dalam hubungan kesehatan mengenai perilaku dan fokus pada faktor-faktor seperti aktivitas fisik dan mengkonsumsi alkohol. Model lifestyle juga menekankan tanggung jawab kepada diri sendiri, mereka fokus pada faktor-faktor yang dianggap  bisa menimbulkan dampak atau efek dalam jangka pendek apalagi yang memiliki konsekuensi/efek jangka panjang, dengan cara ini mereka berorientasi pada masa depan, dengan penekanan pada menjaga kesehatan dan mencegah penyakit.
Dengan demikian itu adalah model penyakit yang paling positif dengan potensi bagi individu untuk mengontrol kesehatan mereka sendiri. Penerimaan meningkatnya gaya hidup Model penyakit menciptakan tekanan untuk perubahan dalam pendanaan penekanan jauh dari praktek kuratif terhadap promosi kesehatan dan kesehatan masyarakat.
Model Lifestyle penyakit ini tidak baru tetapi sudah selama sembilan belas dan abad kedua puluh yang dimasukkan dalam pembelajaran untuk mengontrol infeksi penyakit dalam mengembangkan masyarakat industri. Selama 20 tahun penyakit menular menurun, dan sejarah bagaimana hal ini terjadi dapat ditemukan dalam teks klasik McKeown (1979), dan penyakit kronis dengan faktor penentu perilaku dan sosial telah meningkat, sebagian sebagai perubahan fungsi dari  penduduk kita dan sebagian sebagai akibat dari gaya hidup kita berubah. Ini memang perubahan demografi dan penyakit parameter yang menghasut munculnya model gaya hidup penyakit, yang Mengukur perilaku gaya hidup. Pengukuran perilaku gaya hidup merupakan hal mendasar untuk mempelajari perilaku gaya hidup dan konsekuensi mereka dan untuk mengevaluasi intervensi yang bertujuan untuk mengubah perilaku. Mengukur jenis perilaku menimbulkan sejumlah tantangan bagi psikolog. Instrumen harus valid, dapat diandalkan, praktis, non-reaktif (artinya mereka tidak harus mengubah perilaku mereka tapi berusaha untuk mengukur perilaku mereka) dan memiliki kemampuan yang lebih spesifik (Buckworth dan Dishman 2002).
Orang-orang yang makan berlebihan, minum secara berlebihan dan membuat gaya hidup yang negative selama berabad-abad dan saat ini peneliti telah membuktikan kebenarannya dan media menunjukkan bahwa ini adalah sesuatu yang baru dan merupakan masalah modern (Departemen Kesehatan,  kegiatan Fisik, Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan 2004; Mulvihill et al . Pemerintah HM 2007; 2005 Jones et al. 2007).
Dulu Ada banyak orang yang terjangkit dengan penyakit menular dalam waktu yang cukup lama namun kini, jumlah kejadian penyakit menular yang telah menurun. Akan tetapi, factor penyebab penyakit yang ada sekarang adalah kurang berolahraga atau aktivitas fisik (Departemen Kesehatan, Aktivitas Fisik, Peningkatan  Kesehatan dan Pencegahan 2004), karena meminum banyak alkohol (Pemerintah HM 2007), kurang aman dalam melakukan hubungan seksual ( Centers for Disease Control (CDC) 2007), penggunaan obat-obatan terlarang (ONS 2007) dan makan yang tidak teratur (Reilly dan Dorosty 1999; Fox dan Hillsdon 2007). Saat  ini Pentingnya untuk mencoba memahami mengapa gaya hidup yang tidak sehat telah menjadi luas, terutama pada masyarakat barat yang tampaknya akan melakukan praktek-praktek tersebut yang dapat menghambat perkembangan suatu Negara ( WHO 1986) .

D.    Penyakit Akibat Gaya Hidup (Lifestyle Disease)
1.      Obesitas
Kebiasaan makan yang kurang sehat, makan terlalu banyak, jarang berolahraga, dan gaya hidup menetap bisa menyebabkan obesitas. Tak hanya itu, orang yang mengalami kelebihan berat badan juga bisa mengalami banyak masalah lain seperti kesulitan bernapas, tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan lainnya
2.         Diabetes Tipe 2
Obesitas menjadi penyebab penyakit lain seperti diabetes tipe II yang tidak bergantung pada insulin dan biasa terjadi pada orang dewasa. The International Diabetes Federation menunjukkan bahwa saat ini negara yang penduduknya paling banyak mengalami diabetes tipe II adalah India, yaitu sekitar 40,9 juta orang.
3.      Arteriosklerosis
Ini adalah penyakit yang terjadi ketika dinding pembuluh darah menebal dan menjadi tidak elastis. Atherosclerosis disebabkan oleh lemak yang menempel di dinding arteri dan menyebabkan kelainan pada aliran darah. Penyakit ini biasanya diikuti dengan sakit pada dada dan serangan jantung. Tak hanya itu, atherosclerosis juga dikaitkan dengan obesitas dan tekanan darah tinggi.
4.      Penyakit Jantung
Gaya hidup yang tak sehat bisa mempengaruhi otot jantung dan dinding pembuluh darah. Faktor penyebab utamanya adalah kebiasaan merokok, diabetes, dan kolesterol tinggi.
5.      Stroke
Stroke terjadi ketika pembuluh darah ke otak terhalang, sehingga menyebabkan kurangnya oksigen pada beberapa bagian otak.
6.   Kanker
Kanker disebabkan adanya pertumbuhan sel yang tak biasa dan membahayakan kesehatan. Beberapa tipe kanker disebabkan oleh gaya hidup dan kebiasaan buruk seperti merokok, terlalu banyak di bawah matahari, dan konsumsi makanan yang mengandung karsinogen.
7.      Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis (COPD)
Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) disebabkan oleh kerusakan permanen pada alat pernapasan. Penyakit ini bisa terjadi karena faktor seperti merokok dan polusi udara.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Gaya hidup merupakan sesuatu hal yang dipengaruhi oleh social ekonomi, apakah bisa mengontrol dengan gaya hidup sehat atau tidak.
2.      gaya hidup sehari-hari ada beberapa aspek, diantaranya Tidur, bepergian, bekerja, merawat anak-anak dan tanggung jawab lainnya, kegiatan rekreasi
3.       factor yang mempengaruhi gaya hidup yaitu makanan, aktivitas  fisik, minuman-minuman keras, merokok, praktik sex (hubungan seksual), penggunaan obat-obat terlarang.
4.      Model gaya hidup (lifestyle models) yaitu menekankan peran pilihan individu dalam hubungan kesehatan mengenai perilaku dan fokus pada faktor-faktor gaya hidup seperti aktivitas fisik dan mengkonsumsi alkohol.
5.      Penyakit akibat gaya hidup (lifestyle disease) yaitu penyakit paru-paru, obstruktif kronis (copd), kanker, stroke, penyakit jantung, arteriosklerosis, diabetes tipe 2, obesitas.
B.     Saran
Diharapkan agar literature mengenai hal ini tersedia di perpustakaan UIN alauddin dikarenakan sulitnya menemukan buku atau referensi  mengenai hal ini. Dan bahkan buku mengenai permasalahan ini tidak ditemukan sama sekali dan tidak ada yang memuat mengenai gaya hidup.


SUMBER PUSTAKA

Thirlaway, katheryn and dominic upton. 2009. E-book: Psychology of life style: promoting healthy behavior. New York: Routledge. hlm.9-60. Yang diakses pada tanggal 25 nopember 2013

Hankonen, nelli. 2011. E-book: Academic Dissertation: Psychosocial Processes of Health. Behaviour Change in a Lifestyle Intervention. Department of Lifestyle and Participation, Division of Welfare and Health Promotion, National Institute for Health and Welfare, Helsinki, Finland.  Yang diakses pada tanggal 25 nopember 2013





Minggu, 24 Januari 2016

K3 : Permasalahan tenaga kerja indonesia di sektor formal



A.      Permasalahan tenaga kerja indonesia di sektor formal
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering  terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja di  Indonesia, Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap  K3 masih  rendah. Padahal  karyawan adalah aset penting perusahaan. 
Kewajiban untuk menyelenggarakaan Sistem Manajemen K3 pada perusahaan-perusahaan besar melalui UU Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia yang sudah menerapkan Sistem Manajemen K3. Minimnya jumlah itu  sebagian  besar   disebabkan oleh masih adanya anggapan  bahwa  program  K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana  kompensasi/santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya Sistem Manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan.
Selain itu, faktor lain yang mendukung adanya masalah tenaga kerja di indonesia adalah kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar  keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan  dengan negara-negara Asia Tenggara  lainnya, termasuk  dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh,  data terjadinya  kecelakaan kerja yang  berakibat  fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak 16.931 kasus, sementara  di Bangladesh 11.768 kasus. Jumlah kecelakaan kerja yang tercatat juga ditengarai tidak menggambarkan kenyataan di lapangan yang sesungguhnya yaitu tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi lagi. Seperti diakui oleh berbagai kalangan di lingkungan Departemen Tenaga Kerja, angka kecelakaan kerja yang tercatat dicurigai hanya mewakili tidak lebih dari setengah saja dari angka kecelakaan kerja yang terjadi.
Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain rendahnya kepentingan masyarakat untuk  melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang, khususnya PT. Jamsostek. Pelaporan kecelakaan kerja sebenarnya diwajibkan oleh undang-undang, namun terdapat dua hal penghalang yaitu prosedur administrasi yang dianggap merepotkan dan nilai klaim asuransi tenaga kerja yang kurang memadai. Di samping itu, sanksi bagi  perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan kerja sangat ringan. 
Sebagian besar dari kasus-kasus kecelakaan kerja terjadi pada kelompok usia produktif.  Kematian merupakan akibat dari kecelakaan kerja yang tidak dapat diukur nilainya secara ekonomis. Kecelakaan kerja yang mengakibatkan cacat seumur hidup, di samping berdampak pada kerugian non-materil, juga menimbulkan kerugian materil yang sangat besar, bahkan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh penderita penyakit-penyakit serius seperti penyakit jantung dan kanker.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi. Tenaga kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di seluruh sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor konstruksi yang mencapai sekitar  4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki  ikatan kerja yang formal dengan perusahaan.
Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3 yang biasanya  dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.

B.       Jenis kecelakaan pada tenaga kerja di beberapa industri


Jenis industri
Kecelakaan yang terjadi
manufaktur
1.             Terjepit, terlindas
2.             Teriris,terpotong
3.             Jatuh terpleset
4.             Tindakan yang tidak benar
5.             Tertabrak
6.             Berkontak dengan bahan yang berbahaya
7.             Terjatuh, terguling
8.             Kejatuhan barang dari atas
9.             Terkena benturan keras
10.        Terkena barang yang runtuh, roboh
elektronik
1.            Teriris,terpotong
2.            Terlindas, tertabrak
3.            Berkontak dengan bahan kimia
4.            Kebocoran gas
5.            Menurunnya daya penglihatan dan pendengaran
Produksi metal
1.            Terjepit, terlindas
2.            Tertusuk,terpotong, tergores
3.            Jatuh terpleset
Petrokimia
1.            Terjepit, terlindas
2.            Teriris, terpotong, tergores
3.            Jatuh terpleset
4.            Tindakan yang tidak benar
5.            Tertabrak
6.            Terkena benturan keras
Konstruksi
1.             Jatuh terpleset
2.             Kejatuhan barang dari atas
3.             Terinjak
4.             Terkena barang yang runtuh, roboh
5.             Berkontak dengan suhu panas atau dingin
6.             Terjatuh, terguling
7.             Terjepit, terlindas
8.             Tertabrak
9.             Tindakan yang tidak benar
10.         Terkena benturan keras
Produksi alat transportasi di bidang reparasi
1.            Terjepit, terlindas
2.            Tertusuk,terpotong, tergores
3.            Terkena ledakan