Senin, 29 September 2014

SEJARAH PENDEKATAN KESMAS: KESEHATAN MASYARAKAT ERA REVOLUSI BAKTERIOLOGI (1875-1950)


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Kesehatan masyarakat berawal dari adanya metologi yunani yakni Asclepius dan Higeia, tapi sebelum adanya metologi tersebut Kesehatan Masyarakat  telah lebih dulu diceritakan dalam Al-Quran dan bahkan dalam ajaran Islam, Kesehatan Masyarakat mendapat kedudukan yang sangat penting. Hal ini tampak dalam berbagai dalil dalam Al-Quran QS Al-Mudassir: 1-5, QS Al-Araf, dan bahkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Turmizi, Nabi SAW bersabda bahwa bersuci itu separuh dari iman.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1.    Bagaimanakah Sejarah Kesehatan Masyarakat di Era Revolusi Bakteriologi (1875-1950) ?
2.    Siapa sajakah tokoh yang memegang peranan penting dalam Kesehatan Masyarakat di Era Revolusi Bakteriologi (1875-1950)

C.  Tujuan
1.    Untuk Mengetahui Sejarah Kesehatan Masyarakat di Era Revolusi Bakteriologi (1875-1950)
2.    Untuk Mengetahui tokoh yang memegang peranan penting dalam Kesehatan Masyarakat di Era Revolusi Bakteriologi (1875-1950)





BAB II
PEMBAHASAN
A.  Kesehatan Masyarakat dalam Al-Qur’an
Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan manusia sebaik-naik mahluknya, karena itu manusia tidak diciptakan agar tunduk kepada alam. Justeru sebaliknya alam semesta yang tunduk kepada manusia agar manusia dapat memanfaatkannya dalam kehidupannya dan mengabdikan diri kepada-Nya sesuai yang tersebut dalam Al-Quran surah Al-Baqarah: 29
هُو الذ ي خلق لكم مافي الارض....(٢٩)       
Terjemahan:
29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu...
       Semua yang ada di dunia ini seperti, bulan, bintang, matahari, malam, dan siang, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gunung, lembah, udara, tanah, air, api, dan sungai dan lautan semuanya di beri kodrat untuk menjadi faktor bagi kepentingan dan kemasalahan manusia, kerana rahmat itu, manusia memperoleh karunia berupa hak-hak asasi tempat tinggal dan memanfaatkan pemberian Allah tsb untuk memperoleh kehidupan yang bahagia (QS Al-baqarah: 36 dan Al-A’raf : 24-25)
Terjemahan:
36. dan Kami berfirman: Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup samapi waktu yang ditentukan

Terjemahan:
24. Allah berfirman: “turunlah kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain, dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan
25. Allah berfirman: “ di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati sdan di bumi itu pula kamu dibangkitkan.
       Dengan hak-hak tersebut dibebani tugas hidup berinadah dan memakmurkan kehidupan (tugas isti’mar) di dunia ini sesuai yang tersebut dalam Al-Quran Surah Hud: 61  Terjemahan:


61. ...dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurannya, karena itu mohonlah ampu-Nya, kemudian bertobatlah kepadanya. Sesungguhnya tuhanku amat dekat (rahmatnya) lagi memperkenankan doa hamba-Nya.”
Dan menegakkkan ajaran  Allah (tugas istikhlaf) seperti yang tersebut dalam Al-Quran surah Al-An’am: 165 sebagai berikut:


Terjemahan:
165. dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah di bumi....
       Sehingga mereka dapat mengaktualisasikan tujuan hidup dan kodrat mereka sebagai khalifah dan Hamba Allah. Kemajuan dan kemakmuran Manusia hanya dapat diperoleh dengan usaha dan kerja keras serta diiringi doa kepada Allah. Untuk itu peranan ilmu pengetahuan sebagai sokoguru tidak boleh diabaikan. Karena Al-Quran menegaskan derajat kemulian diberikan kepada orang-orang yang beriman yang diberi ilmu pengetahuan  Al-Quran  juga telah mengisyaratkan bagaimana upaya mengembangkan pengetahuan melalui penelitian ilmiah memperoleh kebenaran meskipun kebenaran itu bersifat relative jika dibandingkan dengan wahyu sesuai ayat Al-Quran dalam surah Al-Mudatsir: 18-25, sebagai yang artinya.:
18. sesungguhnya Dia telah memikirkan dan menetapka (apa yang ditetapkannya)
19. maka celakalah dia! Bagaimanakah Dia menetapkan?
20. kemudian celakalah dia ! bagaimanakah Dia menetapkan?
21. kemudian dia memikirkan
22. sesudah itu dia bermasam muka dan merenggut
23. kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri
24. lalu dia berkata:”(Al-Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu)
25. ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.”
       Namun demikian,  hasil penelitian ilmiah memberikan sumbangsih bagi kemajuan peradaban dan kehidupan umat manusia
       Dalam bab ini diungkapkan bagaimana kaum intelektual berusaha mencari inovasi yang sangat berpengaruh dan membawa kemajuan dalam kehidupan masyarakat khususnya yang berkenaan dengan bidang kesehatan masyarakat
       Pada triwulan ke 3 abad ke 19 merupakan era dimana pergerakan sanitasi berkembang sangat pesat, menyebar secara sukses hingga ke kota-kota besar Eropa.  Dapat dibuktikan berkurangnya penyakit di wilayah yang dialiri limbah, meningkatnya persediaan air, jalan beraspal, dsan berkurangnya urbanisasi. Pada waktu yang samainovasi sedang terjadi di rumah sakit, yang menekankan kesehatan dan profesionalitas ilmu perawatan dan administrasi. Ini dibarengi dengan terobosan raksasa dalam menetapkan aplikasi ilmu kuman dan imunologi praktis dan ilmiah.

B.  Kesehatan Masyarakat di Era Revolusi Bakteriologi (1875-1950)
Selama paruh  pertama abad ke 19, terjadi beberapa kemajuan luar biasa di bidang kesehatan Masyarakat. Kondisi kehidupan di eropa dan di inggris tetap tidak saniter dan industrialiasasi menyebabkan semakin banyaknya penduduk berada di kota. Namun, metode pertanian yang lebih baik menyebakan perbaikan gizi bagi banyak orang.
Tahun 1849, epidemi kolera menyerang london. Dr. John Snow mempelajari epidemi ini dan mengajukan hipotesis Bahwa penyakit ini disebakan oleh konsumsi air dari pompa broad street. Dia memperoleh izin untuk melepas pegangan pompa, dan epidemi pun selesai. Tindakan snow sangat luar biasa karena berlangsung sebelum penemuan bahwa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit. Teori yang dominan saat itu tentang penyakit menular adalah teori miamas. Menurut teori ini, uap atau bau tak sedap (miasmas)yang keluar dari tanah merupakan sumber dari banyak penyakit. Teori miamas tetap terkenal sampai abad ke 19
Di amerika pada tahun 1850, Lemuel Shattuck menyusun laporan kesehatan untuk persemakmuran Massachusetts yang menggarisbawahi perlunya kesehatan Masyarakat untuk negara bagian ini. Termasuk di dalamnya rekomendasi untuk pembentukan dewan kesehatan pengumpulan data statistik vital, penerapan tindakan yang saniter, dan penelitian penyakit. Shattuck juga merekomendasikan pendidikan kesehatan dan pengendalian pajanan terhadap alkohol, asap rokok, makanan tidak bermutu, dan ramuan tabib. Walaupun beberapa rekomendasinya perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat diterapkan (Massachusetts Board Of Health  belum terbentuk sampai  tahun 1869), hal yang signifikan dari laporan Shattuck begitu sedemikian rupa sehingga 1850 menjadi masa kunci di dalam kesehatan masyarakat amerika, tahun iru menandai dimulainya era modern kesehatan masyarakat
Kemajuan nyata dalam pemahaman mengenai penyebab berbagai penyakit menular berlangsung pada seperempat abad terakhir abad ke 19. Salah satu kendala pada kemajuan itu adalah teori perkembang biakan spontan, pemikiran yang menyatakan organisme hidup dapat berkembang dari benda anorganik atau benda tak hidup. Serupa dengan teori ini adalah pemikiran bahwa satu jenis mikroba dapat berubah menjadi jenis oraganisme yang lain.
Di tahun 1862, Louis Pasteur  dari perancis   mengajukan teori kuman penyakit. Selama tahun 1860 dan 1870. Dia dan beberapa lainnya melakukan eksperimen dan obervasi dan mendukung teorinya dan menumbangkan teori perkembang biakan spontan
Ilmuwan jerman Robert Koch merupakan Orang yang mengembangkan kriteria dan prosedur-prosedur penting untuk membuktikan pendapat bahwa mikroba tertentu dan bukan mikroba lain, yang menyebabkan penyakit tertentu. Demontrasi pertamanya dengan basillus antraks berlangsung pada tahun 1876. Antara tahun 1877 sapai akhir abd ke 19 , identitas sejumlah agens penyakit bakterial berhasil dipastikan termasuk diantaranya penyebab gonorhea, tifus, lepra, kolera, tuberculosis, difteri, tetanus, pnemonia, pes, dan disentri. Periode ini (1875-1900) lebih dikenal dengan julukan periode bakteriologis kesehatan masyarakat
Walau kebanyakan temuan ilmiah di akhir abad ke 19 terjadi di eropa, cukup banyak prestasi kesehatan masyarakat yang terjadi di amerika. Undang-undang pertama yang melarang susu bermutu rendah disahkan pada tahun 1856, survei kebersihan pertama dilakukan di new york  tahun 1864, dan american people health association didirikan tahun 1872.

C.  Pasteur, cohn, dan Koch
Dari tahun 1850 ke tahun 1870. Louis Pasteur, seorang professor ilmu kimia Perancis, dengan hebat mengembangkan basis untuk ilmu kuman modern sebagai batu penjuru kesehatan masyarakat. Pasteur L. menetapkan suatu bukti ilmiah, yang bersifat eksperimen untuk teori kuman dengan demonstrasinya pada 1854 tentang microbial anaerobic pada peragian. Antara 1856 dan 1860 mengungkapkan bagaimana untuk mencegah anggur dari produksi cacat dalam kaitan dengan pencernaan dari organism asing oleh/dengan pemanasan anggur pada suatu temperature tertentu sebelum pengemasan (pembotolan) untuk membunuh ragi yang undesired. Ini menjelaskan suatu proses yang disebut sterilisasi. Selanjutnya Pasteur diminta untuk menyelidiki kematian ular sutera yang mengancam industry sutera perancis. Ia menemukan jasad renik (1865) yang menyebabkan penyakit pada ulat sutera. Pasteur melanjutkan lagi penyelidikannya dalam mengembangkan imunologi dengan mengaktifkan vaksin. Ia memproduksi vaksin dari perlemahan suatu kekuatan organisme. Pada tahun 1881, ia menyuntik induk ayam dengan kultur kolera ayam yang disusutkan dalam sebuah eksperimen. Pada 1883 ia memproduksi suatu vaksin untuk luka babi, dan kemudian pada tahun 1884-1885, ia menemukan vaksin untuk penyakit anjing gila. Penyakit anjing gila ini, secara luas ditakuti sebagai penyakit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan binatang yang terinfeksi. Pasteur memberi alasan bahwa penyakit ini mempengaruhi system nervus dan ditularkan melalui air liur. Pada tahun1885, seorang anak laki-laki berumur 14 tahun dari Alsace digigit oleh seekor anjing. Dokter local yakin bahwa anak tersebut akan meninggal karena penyakit anjing gila, tetapi mengijinkan Pasteur, seorang nonphysician (bukan dokter) untuk memberikan vaksin kepada anak laki-laki tersebut dengan tujuan pengebalan/imunisasi. Joseph Meistern  anak laki-laki tersebut selamat, dan kasus serupa dibawa ke Pasteur dan dengan sukses mengimunisasi. Pasteur dikritik oleh kalangan medis, tetapi kedua-duanya- masyarakat awam dan kalangan ilmiah- segera mengenali konstribusinya yang mahabesar terhadap kesehatan masyarakat.
Ferdinand Cohn (1828-1898), professor ilmu tumbuh-tumbuhan (Botani) pada Universitas Breslau, mengembangkan ilmu kuman dan karakteristik media jasad renik, serta mendidik suatu generasi kunci sebagai peneliti mikrobiologi. Salah seorang siswa, Robert Koch (1843-1910), seorang pegawai medis salah satu pedesaan di Jerman, menyelidiki anthrax dengan menggunakan tikus-tikus yang disuntik dengan darah lembu sakit. Penyakit yang mematikan hingga 20 generasi. Koch mengembangkan teknik bacteriologic dalam menemukan organism yang menyebabkan anthrax, kemudian membuktikan transmisi penyakit spesifik oleh jasad renik spesifik.
Pada 1882, Koch memimpin Komisi Pengawas Kolera Jerman yang mengunjungi Mesir dan India pada tahun 1883, mengisolasi dan mengidentifikasi Vibro Cholerae, yang mengantarnay sebagai penerima Hadiah Nobel. Ia juga membuktikan kemanjuran penyaringan air (filtration) dalam pencegahan transmisi penyakit enteric termasuk kolera. Pada tahun 1883, Koch mengadaptasikan teori atas penyabab penyakit dari Clinician-Pathnologist Jacob Henle (1809-1885), berbagai bentuk dan ukuran bakteri yang menjadi penyebab penyakit.
Koch-Henle membuat teori ini menjadi kaku dan membatasi identifikasi penyebab dari banyak penyakit, tetapi mereka adalah tokoh penting dalam penetapan teori kuman dan basis ilmu kuman yang ilmiah. Teori ini disesuaikan kemudian oleh Evans (1976) terhadap agen penyakit-penyakit non infectious, seperti cholesterol, terkait dengan penekanan epidemiologi terhadap penyakit noninfectious.

D.  Vector-Born Disease
Sebuah studi transmisi penyakit yang menggambarkan pentingnya vektor (mereka yang dapat membawa suatu penyakit tanpa mempertunjukan gejala klinis) pada transmisi dipteri, penyakit tifus dan radang selaput otak dan sumsung tulang belakang.
       Penyakit manusia dan binatang parasit diselidiki sepanjang abad ke 19, mencakup penyakit cacing guinea, cacing pita, filariasis, dan penyakit hewan seperti demam lembu texas. David bruce menunjukkan transmisi nagana, suatu penyakit kuda Cattland, pada suku zululand, afrika selatan. Pada tahun 1894-1895 disebabkan oleh agen trypanosoma ditularkan oleh lalat tse-tse.  Mendorong ke arah metoda pengendalian penyakit transmisi lingkungan. Alexander Yesin dan Shibasabro Kitasato, menemukan baksil wabah suatu penyakit tahun 1894, dan pas tahun 1898 epidemologist perancis L. Simmond menemukan bahwa wabah tersebut adalah suatu penyakit disebarkan oleh kutu ke manusia.
       Agen berkenaan dengan Malaria dikenali oleh angkatan perang prancis, ahli bedah Alphonse Laveran (hadiah nobel pro, 1907) di Algeria pada tahun 1880. Nyamuk dicurigai menjadi agen dengan metode transmisi oleh banyak peneliti abad ke 19, dan pada tahun 1879, Ronald Ross (1902), seorang anggota angkatan perang britania mengobati di India, Patrick Manson di Inggris dan Benvenutto Grassi di Roma mempertunjukkan transmisi malaria oleh Nyamuk Anopheles, Dengue Fever (demam kuning), yang mungkin terbawa oleh para budak dari afrika adalah penyakit endemik di selatan Amerika Serikat tetapi tersebar di kota Besar utara sebagai penyebab kematian di abad ke 18. Penyebaran penyakit dengue fever di philadepia 1798 membunuh 896 orang di New York membunuh 732 orang pada tahun 1795, 2.086 pada tahun 1803. Carribean dan Amerika adalah pusat endemik dengan kedua-duanya, demam kuning dan Malaria. Pembasmian demam kuning juga mendukung penetapan teori benih kuman sebagai teori penyakit menular melawan teori miasma.

 

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari uraian diatas, terlihat ketekunan dan kegiatan para imuwan barat dalam mengaktualisasikan tugas kemanusiaan dan kemakmuran bumi melalui pengembangan pengetahuan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dengan pengetahuan hasil temuan mereka, berbagai penyakit dapat diatasi. Dan atas dasar ini dapat dipahami makna firman Allah yang menegaskan perubahan nasib kaum terkait dengan usaha mereka memperbaiki diri mereka. Dan karena itu, ketinggalan yang menimpa umat dan bangsa di banding dengan kemajuan barat harus dimulai dari perbaikan dan pembaharuan dalam diri  dan masyarakat secara harmonis melaksanakan tugas isti’mar dan tugas istikhlaf.

B.  Saran
Semoga untuk ke depannya penemuan-penemuan dalam bidang bakteriologi dapat ditingkatkan sehingga beberapa penyakit menular yang belum ditemukan penyebabnya dapat disembuhkan.



DAFTAR PUSTAKA
Notoadmodjo, Soekidjo.2007.Kesehatan Masyarakat.Yogyakarta:Rineka Cipta

McKenzie, James F, dkk. 2007. Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Penerbit buku Kedokteran

Naiem, Furqaan, dkk. 2006. Dasar-dasar kesehatan masyarakat. Makassar: Penerbit Alauddin Press

Rabu, 03 September 2014

Makalah ilmiah "Anemia Pernisiosa"



A.  Pengertian anemia pernisiosa
"Anemia pernisiosa" atau anemia defisiensi Vitamin B12 adalah masalah darah yang terjadi ketika vitamin ini tidak mencukupi  dalam tubuh. Vitamin B12  (Juga disebut cobalamin). Vitamin ini  sangat penting bagi kehidupan. Hal ini diperlukan  untuk membuat sel-sel baru dalam tubuh seperti sel darah merah.
Anemia pernisiosa adalah penurunan sel darah merah yang terjadi ketika tubuh tidak dapat dengan baik menyerap vitamin B12 dari saluran pencernaan. Vitamin B12 diperlukan untuk pengembangan yang tepat dari sel darah merah. Dimana Sel darah merah melakukan perjalanan di seluruh  tubuh yang membawa oksigen ke sel tubuh dan membuang limbah. Tanpa vitamin B12 cukup, tubuh kita tidak akan menghasilkan cukup sel darah merah dan sel-sel lainnya yang ada pada tubuh  tidak akan mendapatkan oksigen yang dibutuhkan.
Anemia pernisiosa (atau anemia pernisiosa - juga dikenal sebagai anemia Biermer,'s anemia Addison, atau-Biermer anemia Addison) adalah salah satu dari banyak jenis keluarga besar anemia megaloblastik . Hal ini disebabkan oleh hilangnya sel parietal (lapisan) lambung, dan ketidakmampuan ileum untuk menyerap vitamin B12. (Edith Lahner dan Bruno annibale,2009 )
Vitamin B12 dapat ditemukan dalam daging, ikan, telur, dan susu - tetapi tidak dapat ditemukan dalam buah-buahan atau sayuran. Kekurangan vitamin B12  menyebabkan anemia, dan  kadang-kadang masalah lain seperti serangan jantung dan stroke.

B.  Penyebab terjadinya anemia pernisiosa
Biasanya ketika kita makan, makanan yang mengandung vitamin B12, kita kombinasikan/ menggabungkan vitamin lainnya atau  dengan sebuah makanan yang mengandung protein. Hal ini disebut sebagai factor intrinsic. Kombinasi vitamin B12 dan faktor intrinsik kemudian diserap  ke dalam tubuh bagian bawah yakni usus. (Faktor intrinsik dapat membuat  sel-sel pada lapisan lambung dan sangat penting dalam penyerapan vitamin B12). Beberapa   penyebab anemia Defisiensi Vitamin B12 atau anemia pernisiosa adalah:
1.         Anemia pernisiosa adalah penyebab umum dari kekurangan vitamin B12.
2.         Anemia pernisiosa biasanya berkembang di atas usia 50. Wanita lebih sering  terkena daripada pria, dan cenderung berjalan dalam keluarga.
3.         Anemia pernisiosa  terjadi lebih sering pada orang yang memiliki penyakit autoimun lainnya seperti  penyakit tiroid dan vitiligo.
4.         Vegetarian ketat biasanya memiliki anemia pernisiosa. Karena vegetarian tidak mengkonsumsi makanan yang merupakan produk hewani dan hanya mengkonsumsi produk nabati seperti sayur-sayuran dan buah-buahan
5.         Gastrektomi parsial atau lengkap (pengangkatan lambung atau bagian dari itu) dalam kasus kanker atau  dalam kasus gastritis kronis (radang dinding lambung). anemia pernisiosa  yang terjadi setelah pengangkatan lambung ( gastrektomi ). Dalam prosedur ini, sel-sel mukosa tidak lagi tersedia, begitu pula yang diperlukan faktor intrinsik . Hal ini mengakibatkan penyerapan lambung terhadap B12 mulai tidak memadai.
6.         Pengikatan vitamin B12 terganggu oleh faktor intrinsik autoimun gastritis atrofi, di mana autoantibodies diarahkan terhadap sel parietalis.
7.         Infeksi dengan cacing pita latum Diphyllobothrium, karena parasit berkompetisi untuk menyerap  vitamin B12

C.  Patofisiologi anemia pernisiosa
Anemia terjadi akibat gangguan maturasi inti sel akibat gangguan sintesis DNA sel-sel eritroblas. Defisienasi asam folat akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas. Defesiensi vitamin B12 yang berguna dalam reaksi metilasi homosisten menjadi metionin dan reaksi ini berperan dalam mengubah metil THF menjadi DHF yang berperan dalam sintesis DNA dan akan mengganggu maturasi inti sel dengan akibat terjadinya megaloblas.
Anemia pernisiosa disebabkan oleh kegagalan sel parietal lambung untuk menghasilkan cukup vitamin B12. Gangguan lain yang mengganggu penyerapan dan metabolisme vitamin B-12 dapat menghasilkan cobalamin (CBL) defisiensi, dengan pengembangan makrositik anemia dan komplikasi neurologis.
Struktur dasar yang dikenal sebagai vitamin B-12 adalah semata-mata disintesis oleh mikroorganisme, tetapi kebanyakan hewan mampu mengkonversi vitamin B-12 ke dalam 2 bentuk koenzim, adenosylcobalamin dan methylcobalamin. Yang pertama diperlukan untuk konversi-methylmalonic asam L untuk suksinil koenzim A (CoA), dan tindakan terakhir sebagai methyltransferase untuk konversi homocysteine untuk metionin. Ketika kekurangan folat, fungsi sintasa timidin terganggu. Hal ini menyebabkan perubahan megaloblastik pada semua sel dengan cepat membagi karena sintesis DNA berkurang. Dalam prekursor erythroid, macrocytosis dan eritropoiesis efektif terjadi.
Diet CBL diperoleh sebagian besar dari daging dan susu dan diserap dalam serangkaian langkah, yang memerlukan pelepasan proteolitik dari makanan dan mengikat protein lambung. Selanjutnya, dari kompleks IF-CBL oleh reseptor ileum khusus harus terjadi karena transportasi ke dalam sirkulasi portal untuk terikat oleh transcobalamin II (TC II), yang berfungsi sebagai transporter plasma.
Transcobalamin (TC) adalah terdegradasi dalam sebuah lisozim, dan CBL dilepaskan ke sitoplasma. Pengurangan enzim-dimediasi kobalt terjadi dengan baik untuk membentuk methylcobalamin atau adenosylation mitokondria untuk membentuk adenosylcobalamin. langkah-langkah y menghasilkan manifestasi dari disfungsi CBL. Sebagian besar cacat menjadi nyata pada masa bayi dan anak usia dini dan mengakibatkan gangguan perkembangan, keterbelakangan mental, dan anemia makrositik.
Anemia pernisiosa mungkin adalah gangguan autoimun dengan kecenderungan genetik. Anemia pernisiosa lebih umum daripada yang diharapkan dalam keluarga pasien dengan anemia pernisiosa, dan penyakit yang berhubungan dengan antigen leukosit manusia (HLA) tipe A2, A3, dan B7 dan tipe A golongan darah.
Antibodi sel Antiparietal terjadi pada 90% pasien dengan anemia pernisiosa, tetapi hanya 5% dari orang dewasa yang sehat. Demikian pula, mengikat dan menghalangi antibody jika ditemukan pada kebanyakan pasien dengan anemia pernisiosa. Sebuah asosiasi yang lebih besar daripada yang diantisipasi ada antara anemia pernisiosa dan penyakit autoimun lainnya, yang meliputi gangguan tiroid, diabetes mellitus tipe I, ulcerative colitis, penyakit Addison, infertilitas, dan agammaglobulinemia diperoleh.         Hubungan antara anemia pernisiosa dan Helicobacter pylori infeksi telah didalilkan namun tidak jelas terbukti. (Edith Lahner dan Bruno annibale,2009 )
Kekurangan CBL bisa dihasilkan dari kekurangan makanan vitamin B-12; gangguan pada perut, usus kecil, dan pankreas, infeksi tertentu, dan kelainan transportasi, metabolisme, dan pemanfaatan. Kekurangan dapat diamati pada vegetarian ketat. Bayi ASI dari ibu vegetarian juga terpengaruh. Terkena dampak parah bayi dari ibu vegetarian yang tidak memiliki kekurangan terbuka CBL telah dilaporkan. Daging dan susu merupakan sumber utama CBL diet. Karena tubuh menyimpan CBL yang biasanya melebihi 1000 mcg dan kebutuhan sehari-hari adalah sekitar 1 mcg, kepatuhan yang ketat untuk diet vegetarian selama lebih dari 5 tahun biasanya dibutuhkan untuk menghasilkan temuan kekurangan CBL. Cobalamin (CBL) dibebaskan dari daging di lingkungan asam lambung di mana ia mengikat faktor R dalam persaingan dengan faktor intrinsik (IF). CBL dibebaskan dari faktor R dalam duodenum oleh pencernaan proteolitik faktor R oleh enzim pankreas. CBL kompleks transit IF-ke ileum mana ia terikat pada reseptor ileum. Jika CBL memasuki sel serap ileum, dan CBL dilepaskan dan memasuki plasma. Dalam plasma, CBL terikat untuk transcobalamin II (TC II), yang memberikan kompleks untuk sel nonintestinal.
Pada orang dewasa, anemia pernisiosa dikaitkan dengan atrofi lambung parah dan achlorhydria, yang ireversibel. Kekurangan zat besi yg hidup bersama adalah umum karena achlorhydria mencegah solubilisasi besi makanan dari bahan pangan. Fenomena autoimmune dan penyakit tiroid sering diamati. Pasien dengan anemia pernisiosa memiliki 2 - untuk insiden meningkat 3 kali lipat dari karsinoma lambung. Penyebab kekurangan kobalamin (CBL):
1.         Asupan makanan yang tidak memadai (yaitu, diet vegetarian)
2.         Atrofi atau hilangnya mukosa lambung (misalnya, anemia pernisiosa, gastrektomi,       konsumsi bahan kaustik, hypochlorhydria, histamin [H2] 2 blocker)
3.          Proteolitik yang tidak memadai dari CBL diet. 
4.         Pankreas tidak mencukupi protease (misalnya, pankreatitis kronis, sindrom Zollinger-Ellison)
5.         Bakteri berlebih pada usus (misalnya loop, buta, diverticula)
6.         Gangguan mukosa ileum (misalnya, reseksi, ileitis, sariawan, limfoma, amyloidosis, reseptor IF-Kabel absen, Imerslünd-Grasbeck sindrom, sindrom     Zollinger-Ellison, TCII kekurangan, penggunaan obat-obatan tertentu)
7.          Gangguan transportasi plasma cobalamin (misalnya, defisiensi TCII, R  kekurangan bahan pengikat)
8.         Disfungsional penyerapan dan penggunaan cobalamin oleh sel (misalnya, cacat          pada deoxyadenosylcobalamin selular [AdoCbl] dan methylcobalamin [MeCbl]      sintesis).
9.         Anemia pernisiosa adalah salah satu penyakit kronis berupa berkurangnya produksi sel darah merah akibat defisiensi vitamin B12 dan asam folat, Salah satu fungsi vitamin B12 adalah untuk pembentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang menjadi aktif. Akibat defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan terganggunya sintesa DNA dan RNA. Terganggunya sintesa DNA akan menyebabkan anemia di sum-sum tulang dalam bentuk anemia makrositik dan di dalam darah dalam bentuk anemia megaloblastik. Sedangkan terganggunya sintesa RNA akan menyebabkan gangguan sistem saraf. Defisiensi absorbsi vitamin B12 dalam tubuh terjadi oleh karena defisiensi absorbsi vitamin B12 di ileum sehingga menyebabkan gangguan penyimpanan vitamin B12 di dalam hati dan sum-sum tulang. Defisiensi absorbsi vitamin B12 di ileum dapat disebabkan oleh karena kekurangan faktor intrinsik akibat defisiensi faktor intrinsik kongenital,gastrektomi total, gastrektomi parsial, lesi di usus halus dan reseksilleum.
10.     Faktor lain yang mempengaruhi defisiensi absorbsi vitamin B12 adalah defisiensi diet vitamin B12. defesiensi asam folat, adanya cacing pita diphytobatrium tatum) di usus halus dan pemakaian obat-obat antagonis terhadap purin dan pirimidin. Gambaran klinis secara umum pasien pucat, mudah lelah, kehilangan berat badan, gangguan sensasi gerak dan pati rasa dari alat gerak, sedangkan gambaran klinis di rongga mulut berupa glositis yang ditandai lidah berwarna merah terang dan permukaan lidah licin.
Jadi, pernisiosa, dapat terjadi pada berbagai bentuk, gangguan ini jarang erjadi apabila asupan tidak adekuat, namun badap terjadi pada vegetarian yang tidak makan sama sekali. Gangguan traktus gastrointestinal lebih sering terjadi. Abnormalitas yang tterjadi pada mukosa gaster; dinding lambung mengalami atrofi dan tidak mampu mensekresi faktr intrinsik. Za tersebut biasanya mengikat vitamin B12 dari diet dan biasanya mengalir bersama ke ileum, dimana vitamin tersebut diabsorpsi.

D.  Gejala anemia pernisiosa
Anemia defisiensi vitamin B12  ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah oksigen dalam tubuh. Gejala umum yang biasa ditimbulkan adalah:
1.         Gejala umum termasuk: kelelahan, lesu, perasaan lemas, sesak napas.
2.         Gejala  yang kurang umum termasuk: sakit kepala, jantung berdebar (denyut jantung cepat) atau dada nyeri, kurang nafsu makan dengan penurunan berat badan, dan dering di telinga (tinnitis).
3.         Terlihat pucat.
4.         Lidah  merah atau gusi berdarah.
5.         mengalami Diare atau konstipasi
6.         Gangguan pencernaan dan muntah dapat terjadi.
Jika  anemia defisiensi vitamin B12 yang terjadi masih ringan, maka gejala masih belum tampak.
Permulaan anemia pernisiosa biasanya adalah berbahaya dan samar-samar. Tiga serangkai klasik kelemahan, lidah sakit, dan parestesia mungkin ditimbulkan tetapi biasanya tidak kompleks gejala kepala. Biasanya, perhatian medis dicari karena gejala sugestif gangguan jantung, ginjal, genitourinary, gastrointestinal, infeksi, mental, atau neurologis dan pasien ditemukan anemia dengan indeks selular makrositik.
1.         Temuan umum: Berat badan antara 10-15 pon terjadi pada sekitar 50% dari pasien dan mungkin disebabkan anoreksia, yang diamati pada kebanyakan pasien. Demam tingkat  rendah terjadi pada sepertiga pasien yang baru didiagnosa dan segera menghilang dengan pengobatan.
2.         pada anemia pernisiosa banyak pasien yang berjalan dengan tingkat hematokrit pada pertengahan remaja. Namun, output jantung biasanya meningkat dengan hematocrits kurang dari 20%, dan mempercepat denyut jantung. Gagal jantung kongestif dan insufisiensi koroner dapat terjadi, sebagian besar terutama pada pasien dengan penyakit jantung yang telah ada sebelumnya.
3.         Temuan Gastrointestinal: Sekitar 50% dari pasien memiliki lidah yang halus dengan hilangnya papila. Hal ini biasanya ditandai sepanjang tepi lidah. Lidah dapat menjadi merah menyakitkan dan berdaging. Kadang-kadang, bercak merah yang diamati di tepi dorsum lidah. Pasien dapat melaporkan terbakar atau rasa sakit, sebagian besar terutama pada salah satu anterior sepertiga dari lidah. Gejala ini mungkin terkait dengan perubahan rasa dan kehilangan nafsu makan. (1) Pasien dapat melaporkan sembelit salah satu atau beberapa memiliki semipadat buang air besar setiap hari. Ini telah dikaitkan dengan perubahan megaloblastik dari sel-sel mukosa usus. (2) Gejala gastrointestinal nonspesifik tidak biasa dan termasuk anoreksia, mual, muntah, mulas, pyrosis, perut kembung, dan rasa kepenuhan. Jarang, pasien datang dengan nyeri perut yang parah terkait dengan kekakuan abdomen, hal ini telah dikaitkan dengan patologi sumsum tulang belakang.
4.         Sistem saraf: gejala neurologis dapat diperoleh pada kebanyakan pasien dengan anemia pernisiosa, dan gejala yang paling umum adalah parestesia, kelemahan, kecanggungan, dan kiprah goyah. Gejala-gejala neurologis adalah karena myelin degenerasi dan hilangnya serabut saraf dalam kolom dorsal dan lateral dari sumsum tulang belakang dan korteks serebral.
5.         Sistem Perkemihan: retensi urin dan gangguan berkemih dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang belakang. Hal ini dapat mempengaruhi pasien untuk infeksi saluran kemih.
6.         Muskuloskeletal: parestesia pada ekstremitas, kesulitan untuk menjaga keseimbangan karena kerusakan sumsum tulang.
Gejala yang  diatas  berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun, anemia dapat menjadi lebih buruk, ketika penderita  memiliki gejala lain yang  tidak diobati. Masalah  yang dapat disebabkan jika gejala tidak diobati adalah sistem saraf tidak  dapat berkembang atau mengalami masalah. Sebagai contoh: kebingungan, baal (kesemutan tangan dan kaki), kegoyangan (kesulitan dalam mempertahankan keseimbangan), kehilangan memori atau memori yang buruk dan mengalami depresi.
E.  Pengobatan anemia pernisiosa
Anemia  defisiensi Vitamin B 12 dapat diobati dengan pemberian suplemen dengan dosis tinggi dari vitamin B12. Pemberian   vitamin B  12   dapat membuat penderita kembali normal, tubuh akan memproduksi lebih banyak sel darah merah  dan gejala akan hilang. Namun, ada beberapa orang perlu mengambil suplemen selama  hidup mereka untuk mencegah agar defisiensi vitamin B12 tidak kembali.
1.         Pada awalnya, penderita akan mendapatkan dosis tinggi berupa suntikan vitamin B12 (100 sampai 1.000  mikrogram [μg]). suntikan biasanya diberikan setiap hari atau dua selama 2 minggu atau  setiap 1 sampai 3 bulan sekali. Atau Anda dapat mengambil pil dosis tinggi (1.000 sampai 2.000 mg per hari). Suntikan ini sangat diperlukan untuk mengembalikan tubuh menjadi normal. Biasanya suntikan ini tidak memiliki efek samping dari pengobatan karena hanya mengganti vitamin yang dibutuhkan.
2.         Seringkali  anemia defisiensi vitamin B12 tidak  didiagnosis sampai anemia menjadi semakin parah. Jika anemia parah, penderita  mungkin perlu transfusi darah.
3.         Tenaga  kesehatan yang Profesional,  akan memeriksa kembali tingkat vitamin B 12 dalam darah dalam beberapa bulan untuk memastikan treatment atau  pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik.
4.         Bentuk lain dari pengobatan adalah anemia vitamin B 12 nasal spray (Nascobal). Namun,  semprot hidung lebih mahal daripada pil dan tidak umum digunakan.

F.   Pencegahan anemia pernisiosa
1.         Langkah-langkah  yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan Anda dengan makan makanan yang bervariasi yang meliputi daging, susu dan produk susu, keju, ayam, kalkun, dan telur, yang merupakan sumber yang baik vitamin B12
2.         Juga makan banyak makanan yang mengandung asam folat (folat), jenis lain dari vitamin B. Ini  termasuk sayuran berdaun hijau, buah jeruk, dan sereal.
3.          hindari  minuman beralkohol saat sedang melakukan treatmen atau perawatan untuk kekurangan vitamin B 12  karena Alkohol mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap vitamin  B12, Jika tubuh juga mengalami kekurangan zat besi, Anda mungkin perlu untuk mengambil suplemen zat besi.

G. Tindak lanjut anemia pernisiosa
1.      Gejala anemia pernisiosa biasanya membaik dengan cepat setelah pengobatan dimulai dan sebaiknya  disarankan untuk melakukan tes darah setiap tahun atau lebih. Ini akan memeriksa bahwa anemia berhasil diobati atau tidak
2.      Tes darah juga dapat dilakukan untuk melihat bahwa kelenjar tiroid Anda bekerja dengan baik. (Tiroid  masalah yang lebih umum pada orang dengan anemia pernisiosa.)
3.      Jika memiliki anemia pernisiosa, maka kita  memiliki kesempatan peningkatan risiko terkena kanker  perut. Dimana risiko penderita anemia pernisiosa untuk mengalami kanker lambung tiga kali lebih besar. Hubungi  dokter segera jika tampak gejala perut seperti gangguan pencernaan biasa atau  sakit perut.


DAFTAR PUSTAKA

Davey, patric. (2006). At a Glance Medicine. jakarta. Erlangga

Aru, W. Sudoyo, dkk. (2007). Buku Ajar  Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi IV. Jakarta: Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran UI.

Zimmermann,  Michael B. (2007). Nutrional anemia. Switzerland:sight and life press

Elhem Ben Jazia. et al. (2010). A case primary biliary cirrhosis associated with  pernicious anemia: a case report.  cases journal, 3:11

Lahner, edith dan Bruno annibale. Pernicious anemia: new insight from gastroenterogical point of view. World journal gastroenterol (2009), 7:15

Bender, David A. (2003). Megaloblastic anaemia in vitamin B12 deficiency. British Journal of Nutrition,89, pp 439- 440

Milanlıoğlu, Aysel (2011). Vitamin B12 deficiency and depression.  journal of Clinical and Experimental Investigations . 2 (4): pp 455-456
Hooper, martyn (2013). Problem with diagnosic and treating vitamin B12 and pernicious anemia